Willard Christopher Smith Jr, atau yang lebih dikenal sebagai Will Smith, kini sudah memiliki segalanya – karir, popularitas, kekayaan dan keluarga bahagia, padahal usianya belum genap 34 tahun. Dalam 10 tahun terakhir, hanya Smith yang mampu menembus tiga puncak karir yang sangat diidamkan para selebritis Amerika: film, televisi dan musik. Dari film saja ia telah menangguk 100 juta dolar AS, dan kini berkat kehebatan aktingnya, ia bersanding bersama jajaran bintang yang dibayar 20 juta dolar AS per film.
Namun semua pencapaian itu Smith anggap biasa-biasa saja, sesuatu yang pernah digapai dan bahkan dilampaui orang lain. Bukan pula pencapaian itu yang kemudian membuat filosofi dan jalan hidupnya kini berubah, melainkan Muhammad Ali dan Islam. “Saya makin mengerti bahwa Ali bukan hanya seorang muslim, tapi hamba Tuhan sejati. Dia hanya segelintir orang yang berani berkata lantang, ‘saya muslim’, dan ia diterima kalangan mana pun. Hidupku benar-benar berubah, bak manusia yang lahir kembali, setelah memerankan Ali,” kata Smith.
Awalnya, selama delapan tahun, Smith selalu menolak memerankan Ali, yang dijulukinya “tokoh terbesar dalam 100 tahun terakhir”. Ia khawatir perannya di film malah akan menjatuhkan pamor legenda hidup itu, meskipun sang sutradara, Michael Mann, terus meyakinkannya bahwa ia mampu. Smith pun menyambangi Denzel Washington, peraih Oscar tahun ini yang pernah memerankan tokoh Black Muslim Malcom X. “Jangan ragu, ambilah. God bless you, man,” saran Denzel.
Jadilah, hampir dua tahun Smith berlatih keras, fisik dan mental. Berlatih tinju membuat badannya membentuk, dan beratnya bertambah 30 pound. Ia pun mengasah aksen Louisville, Kentucky, tempat Ali dibesarkan. Smith juga menyelami setiap detil jiwa dan kehidupan Ali, mulai dari cara makan, sikap politik, hingga bagaimana ia memandang dunia, dan lebih penting lagi, aspek spiritualitasnya, terutama momen-momen yang membuatnya memeluk Islam dan mengganti nama Cassius Clay menjadi Muhammad Ali.
Upaya keras itu tak sia-sia. Ali sendiri mengakui hasilnya. “Bahkan kukira, Smith adalah aku waktu muda,” kata Ali. Berkat perannya, Smith menjadi nominator penerima Oscar kategori aktor terbaik tahun ini, meskipun penghargaan akhirnya jatuh ke tangan Denzel Washington. “Ini peran paling sempurna yang pernah kujalani, dan menguras seluruh kemampuanku. Rasanya sulit kubayangkan akan mengalami yang lebih hebat dari film Ali,” kata Smith.
Lebih dari itu, “pengembaraannya” bersama Ali membuahkan perubahan besar dalam diri Smith. Berkaca pada kekukuhan Ali membela hak-hak sipil, dan menentang wajib militer untuk berperang di Vietnam meskipun membuatnya dipenjarakan, Smith menjadi kian menyadari tentang hak-hak politik, khususnya warga kulit hitam yang selama ini terpinggirkan.
Dan puncak kekaguman Smith adalah terhadap konsep, hasrat dan ketergantungan Ali pada Tuhan. Di mata Smith, Ali yang selama berkarir di atas ring selalu mengklaim sebagai the greatest (yang terbesar), ternyata sangat bergantung, dan menerima dengan senang, apa pun yang diberikan Tuhan. “Komitmen dan kemampuannya bercengkrama dengan kehidupan, bersandar pada hubungannya yang sangat erat dengan Tuhan,” kata Smith.
Lalu, benarkah Will Smith memeluk Islam setelah berkelana dalam spiritualitas Ali? Kabar ini memang santer bergaung ke seluruh jagat. Di sejumlah milis groups, baik yang berbasis di Pakistan, India, dan Oman, keislaman Smith menjadi buah bibir dan bahan diskusi panjang para netters. Adalah beberapa teman dekat Smith yang mengungkap bahwa suami Jada Pinkett ini masuk Islam, dan kini makin serius mendalami ajarannya.
Muhammad Ali dan Keislaman Will Smith
Sunday, 27 December 2009