Isu akan terjadinya kiamat di tahun 2012 begitu banyak menyedot perhatian manusia. Sampai-sampai, ada film berjudul 2012 yang bercerita tentang peristiwa mahadahsyat berupa kiamat. Film yang disutradari oleh Rolland Emmerich ini menggambarkan kejadian ‘akhir dunia’ dengan efek gambar yang cukup membelalakkan mata pemirsanya.
Gedung-gedung pencakar langit yang hancur melebur, hujan meteor, bumi yang terbelah, sampai luapan samudera yang meluluhlantahkkan permukaan bumi tergambar jelas di film tersebut. Saat itu, manusia sibuk dengan urusan masing-masing, menyelamatkan diri dari bencana akbar itu. Terlepas silang pendapat mengenai cerita di balik 2012, film tersebut cukup mampu menarik penonton untuk melihatnya.
Kiamat, fakta ilmiah
Sejatinya, waktu terjadinya kiamat adalah misteri karena tak seorang pun tahu secara tepat kapan berlangsung. Ia menjadi bagian dari rahasia Allah yang pasti akan tiba waktunya di suatu hari. Meski begitu, Allah telah memberitahukan tanda-tanda yang ‘menyambut’ akhir hidup seluruh manusia di muka bumi itu. Bahkan, secara gamblang pula diceritakan melalui firman-Nya.
“Hari Kiamat, apakah hari Kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan” (QS Al Qoori’ah 101: 1-5)
Selain beberapa ayat di atas, masih banyak gambaran serupa dituliskan dalam Al Qur’an. Tak sekedar isapan jempol, kiamat yang Allah sebutkan ternyata diakui ilmuwan bakal benar-benar terjadi. Bahkan prakiraan dahsyatnya kejadian itu secara ilmiah berupaya dipaparkan para ilmuwan melalui berbagai penelitian mereka. Berikut bagian-bagian episode kiamat yang diramalkan para peneliti berdasarkan data-data ilmiah mereka.
Ketika Bumi Dipanggang
Dalam ayat Al Qur’an, salah satu peristiwa di hari kiamat adalah dipanaskannya air laut: “Apabila matahari digulung… .…dan apabila laut dipanaskan“ (QS. At Takwiir, 81:1 & 6). Sudah pasti hanya Allah yang paling tahu bagaimana peristiwa di ayat itu bakal terjadi secara terperinci, apa yang memanaskan air laut dan bagaimana pemanasan itu terjadi. Apakah itu pemanasan dari dasar laut atau karena keseluruhan bola bumi terpanaskan. Wallaahu a’lam, hanya Allah yang Mahatahu.
Namun, setidaknya para ilmuwan kini menerima bahwa penjelasan ilmiah tentang pemanasan bumi secara keseluruhan di masa terjadinya kehancuran kehidupan di bumi adalah kemungkinan yang ilmiah dan masuk akal. Kejadian kehancuran keseluruhan bumi melalui lalapan api matahari diperkirakan secara ilmiah oleh Peter Schröder dari Universitas Guanajuato, Meksiko dan Robert Smith dari Universitas Sussex, Inggris.
Menurutnya, dalam beberapa milyar tahun, di matahari akan terjadi peleburan cadangan terakhir unsur hidrogen menjadi helium. Penyatuan tersebut mengubah matahari menjadi ‘raksasa merah’ yang ukurannya mengembang menjadi 250 kali lebih besar dari semula. Hal ini menyebabkan massanya berkurang dan memperlemah gaya tariknya ke bumi. Ini memungkinkan bumi berpindah tempat ke garis edar yang lebih jauh pada 7.6 milyar tahun dari sekarang.
Para peneliti tersebut membuat model paling rinci tentang peralihan matahari menjadi raksasa merah. Model ini dibuat berdasarkan pengamatan terhadap enam bintang raksasa merah terdekat.
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa awalnya orbit bumi akan bertambah lebar. Namun, gaya tarik (gravitasi) bumi juga akan menyebabkan terbentuknya “tonjolan gelombang pasang” pada permukaan matahari. Tonjolan itu akan mengekor persis di belakang bumi dalam orbitnya, memperlambat peredaran bumi dengan kekuatan yang cukup untuk menyeret si planet biru kita ini ke dalam atmosfer matahari. Artinya, pada saat itu bumi tengah mengalami kehancuran akibat terseret ke lalapan api raksasa merah matahari.
Al Qur’an memaparkan secara rinci di banyak ayatnya mengenai peristiwa di awal hari kiamat, yakni kehancuran dunia. Di antaranya adalah dalam surat At Takwir:
Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak terurus), dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, dan apabila lautan dipanaskan... (QS. At Takwir, 81:1-6)
Di situ jelas bahwa rentetan proses kehancuran dunia di antaranya ditandai dengan matahari yang tidak lagi berada dalam keadaan wajar, tatanan bintang gemintang di ruang angkasa yang mengalami perubahan dahsyat hingga digambarkan sebagai “berjatuhan”. Tidak hanya itu, makhluk hidup di muka bumi tidak bisa lagi hidup dengan baik, dan dikisahkan di ayat tersebut keadaan mengenaskan dari unta, serta dikumpulkannya binatang liar, yang biasanya hidup damai, tentram dan berkembang biak secara wajar di alam bebas. Ditambah lagi gunung yang luluh lantak, serta lautan, cadangan air yang begitu melimpah di muka bumi, yang mengalami pemanasan di hari itu.
Sudah pasti gambaran mutlak pasti dan jauh lebih rinci tentang kaitan sebab akibat yang terjadi pada matahari, bintang, dan dampaknya terhadap bumi, gunung, lautan, dan makhluk hidup di muka bumi di masa itu hanya diketahui Allah Yang Mahatahu. Karena Dialah Pencipta seluruh alam ini, dan yang menjadikan Kiamat terjadi. Sudah pasti Dialah Yang Paling Berilmu mengenai kapan, dan bagaimana seluk beluk peristiwa mengerikan itu terjadi hingga sekecil-kecilnya.
Namun menariknya, para ilmuwan kini tidak lagi sekedar tidak menolak nasib musnahnya matahari dan bumi itu di suatu hari nanti. Mereka menerima, bahkan malah berusaha menjelaskan rincian kejadian itu, berdasarkan penelitian ilmiah mereka tentang kehancuran dunia, yang merupakan bidang penelitian modern zaman ini. Menariknya, ada kemiripan umum dari apa yang mereka kemukakan dengan paparan Allah dalam Al Qur’an itu.
Kiamat, wacana ilmiah modern
Penjelasan ilmiah gambaran terjadinya kehancuran dunia di hari akhir terus bergulir. Selain yang telah dijelaskan pada bagian pertama tulisan Menguak Misteri Kiamat 2012 ini, paparan serupa juga dilontarkan oleh Dr. Manfred Gaida ilmuwan dari Pusat Penerbangan dan Antariksa Jerman (Deutsches Zentrum für Luft- und Raumfahrt) melalui situsnya www.dlr.de dalam rangka peringatan Tahun Astronomi Dunia 2009. Terjadinya fenomena besar musnahnya kehidupan di bumi di masa mendatang itu dijelaskan secara ilmiah dan, berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada, diyakini disebabkan oleh kematian matahari.
Sebagaimana diketahui, matahari yang bersinar dan berfungsi dengan baik mempunyai peranan penting bagi kehidupan di muka bumi. Bintang besar dalam gugusan galaksi bima sakti ini pada proses pembentukannya sekitar 5 miliar tahun lalu terbentuk dari gas dan awan debu yang menyatu dan menjadi terpadatkan akibat gaya tarik menarik di antara mereka sendiri. Hal ini mengakibatkan inti-inti hidrogen di dalamnya mulai bergabung, melebur satu sama lain dan menghasilkan energi yang teramat besar. Proses penyatuan tersebut dikenal dengan peleburan inti (fusi inti).
Persediaan hidrogen yang melimpah membuat matahari diperkirakan akan terus bersinar sampai lima miliar tahun mendatang. Namun, kekuatan pancaran matahari, yang akan terus meningkat di masa depan, malah akan memusnahkan kehidupan di bumi. Cepat atau lambat, dua sampai tiga miliar tahun dari sekarang, lautan akan menguap, sehingga tidak lagi memungkinkan keberadaan makhluk hidup di bumi, alias kehidupan akan berakhir.
Planet tertelan matahari
Kurang lebih di hari ulang tahun kelahirannya yang ke 10 miliar, dengan kata lain sekitar 5 miliar tahun dari sekarang, pasokan hidrogen di dalam inti matahari akan habis digunakan. Hal ini mengakibatkan proses pembangkitan energi matahari terpindahkan dan terjadi di bagian lapisan luarnya. Peristiwa ini berdampak pada membesarnya ukuran matahari, sehingga menjadi bintang raksasa berwarna merah yang menelan planet-planet terdekatnya, yaitu Merkurius dan Venus. Sebagai Si Raksasa Merah, matahari kita di kala itu akan kehilangan massanya.
Dengan pertambahan ukuran yang luar biasa besar itu, gaya tarik gravitasi di permukaan matahari akan mengecil dan banyak sekali materi-materi dari matahari yang terlontarkan ke ruang angkasa, tidak seperti sekarang ini yang relatif masih sedikit. Ini menjadikan massa matahari berkurang sehingga gaya tarik gravitasinya pun berkurang, alhasil planet-planet di sekelilingnya akan ditarik lebih lemah oleh matahari, tidak sekuat yang sekarang ini. Hal itu menjadikan semakin menjauhnya garis edar atau orbit planet-planet tersebut mengelilingi matahari, sedemikian hingga bumi lama kelamaan akan berpindah tempat ke garis edar planet Mars yang sekarang.
Apabila matahari dimusnahkan
Yang terjadi selanjutnya adalah helium akan terkumpul di pusat ‘Si Raksasa Merah matahari’ dan mulai melakukan reaksi peleburan inti. Reaksi tersebut menghasilkan unsur-unsur yang massanya lebih berat sehingga matahari akan mengkerut lagi dan sedikit mengempis.
Mendekati akhir dari tahapan hidup matahari sebagai Si Raksasa Merah, daerah peleburan helium juga akan bergeser ke lapisan-lapisan yang lebih luar dari matahari. Akibatnya ukuran matahari kembali membesar. Pada saat itulah peleburan inti helium terhenti, sehingga menjadikan matahari tak lagi memiliki sumber energi.
Pada suatu saat nantinya, kekuatan tekanan yang mengarah keluar dari matahari akibat tekanan radiasi akan menghilang. Akibatnya, massa matahari akan mengempis, menyusut atau melipat ke dalam. Selama pelipatan ke dalam ini, permukaan matahari akan kembali memanas sedemikian hingga matahari akan memancarkan radiasi ultraviolet dalam jumlah besar. Peristiwa ini akan memanaskan materi yang sebelumnya telah dilontarkan ke luar angkasa, dan menjadikan materi tersebut berpijar.
Kejadian tersebut memicu terbentuknya sebuah ‘kabut planet’ (planetary nebula). Di bagian pusat kabut tersebut, terdapat matahari yang kini tersisa sebagai bintang Kerdil Putih. Ukuran Si Kerdil Putih tersebut kira-kira sekecil bumi, namun bahan-bahan penyusunnya memiliki tingkat kerapatan atau kepadatan sedemikian luar biasa, sehingga digambarkan bahwa di kala itu seukuran dadu kecil dari bahan penyusun tersebut akan mempunyai berat satu ton.
Setelah beberapa miliar tahun berikutnya, Si Kerdil Putih lambat laun akan berangsur-angsur mendingin dan berubah menjadi Si Kerdil Hitam. Berikutnya, matahari pun akhirnya musnah lenyap.
Kehancuran matahari dan bumi bukan isapan jempol
Demikianlah, ilmuwan astronomi dan fisika tingkat dunia pun sudah tidak bisa membantah, bahwa suatu ketika nanti matahari akan kehabisan energinya, menyusut dan sirna alias mati. Di masa itu matahari akan “digulung”, meminjam istilah Al Qur’an di atas. Dan proses dahsyat pada matahari tersebut berdampak pada bumi dan apa yang ada di bumi, baik benda mati maupun makhluk hidupnya yang digambarkan ayat Al Qur’an di atas sebagai kehancuran gunung, pemanasan lautan, serta ketidakwajaran dahsyat yang menimpa hewan-hewan. Itulah peristiwa di awal kiamat: tamatnya seluruh kehidupan di bumi.
Pakar dari Meksiko, Inggris dan Jerman tersebut mengisahkan kehancuran matahari, bumi dan planet-planet dalam tata surya kita di masa mendatang.
Itulah upaya akal manusia dalam memahami perubahan mahadahsyat di luar angkasa, yakni matahari, yang bakal menamatkan riwayat planet hunian kita. Sebuah adegan nyata mengerikan mengenai pemusnahan seluruh kehidupan di bumi yang diisyaratkan dengan terpecah belahnya langit, runtuhnya bintang-gemintang, serta guncangan dahsyat pada bumi yang tak terelakkan. Semua itu dinyatakan sang Pencipta mutlak pasti terjadi di masa depan dalam firmanNya:
“Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan” (QS. Al Infithaar, 82:1-2); “Dan apabila langit terbelah” (QS. Al Mursalaat, 77:9); “Langit terbelah pada hari itu. Janji Allah pasti terlaksana” (QS. Al Muzzammil, 73:18); “Dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi rapuh” (QS. Al Haaqqah, 69:16); “Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya” (QS. Al Waaqi'ah, 56:4).
Pendapat ilmiah lain seputar kiamat, yang tak kalah berani, dikemukakan oleh Donald Brownlee, pakar astrofisika, dan Peter Ward, ahli kepurbakalaan dalam buku mereka ‘The Life and Death of Planet Earth’ (Hidup dan Matinya Planet Bumi). Kedua peneliti dari Universitas Washington, Amerika Serikat, ini mengatakan bahwa bumi sudah memulai proses penyerahan dirinya ke dalam bara api yang menyala-nyala yang pada akhirnya akan menjadikannya ditelan matahari. Dengan kata lain, menurut keduanya, bumi sekarang ini sedang mengalami proses menuju kehancurannya!!
Jam Umur Bumi
Mereka mengumpamakan perjalanan hidup bumi (si planet biru) menuju saat kematiannya dengan perputaran jarum jam menuju pukul 12:00 (tengah hari) sebagaimana dijelaskan dalam gambar. Menurut penghitungan keduanya, saat ini jarum jam tersebut sedang menunjukkan pukul 4:30 pagi dini hari. Satu jam tersebut setara dengan 1 miliar tahun. Artinya, keberadaan bumi semenjak terbentuknya kini telah berumur 4.5 miliar tahun.
Adapun masa keberadaan kehidupan binatang dan tumbuhan di bumi berkedudukan di rentang pukul 4:00 - 5:00 pagi. Dengan kata lain, jam 5:00 pagi dini hari adalah saat musnahnya makhluk terakhir yang menghuni bumi, dan semenjak itu takkan ada lagi kehidupan di bumi.
Berdasarkan jam yang sama, tepat pukul 8:00 pagi, samudera yang ada di planet kita akan menguap. Dan puncaknya adalah pada pukul 12:00 siang tengah hari, yakni ketika usia bumi mencapai 12 miliar tahun. Di saat itulah matahari, yang ukurannya sedang membesar terus menerus, berubah menjadi raksasa merah yang akan menelan planet bumi kita.
Kala itu, matahari melumatkan bumi sedemikian dahsyat sehingga menghancur-leburkan wujud dan materi bumi hingga tanpa bekas, seakan-akan bumi tak pernah ada sebelumnya. Bahan-bahan pembentuk bumi diluluh-lantakkan sampai menjadi sekecil molekul-molekul dan atom-atom yang terlontarkan hingga berserakan dan mengapung di ruang angkasa.
Sungguh mengerikan sekali peristiwa itu jika benar-benar kemungkinan seperti itulah yang bakal terjadi. Betapa tidak, matahari terlihat sebagai bola maharaksasa berwarna merah yang meliputi langit bumi, lalu menelan bumi serta menjadikannya termuntahkan, terhamburkan hingga tak berbekas, lenyap seolah dulunya memang tak pernah ada.
Dalam Al Qur’an, Allah Yang Mahabenar, Pencipta Dunia dan Yang Menghendaki Kiamat tersebut terjadi, dan yang sudah pasti Paling Benar gambaran-Nya tentang kehancuran semesta, jauh-jauh hari telah memperingatkan manusia ciri-ciri peristiwanya. Di antaranya adalah terbelah dan memerahnya warna langit, serta dihancurkannya bumi beserta isinya yang dihamburkan hingga kosong:
“Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilauan) minyak.” (QS. Ar Rahmaan, 55:37) “Apabila langit terbelah.... ...dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong...” (QS. Al Insyiqaaq, 84:1,3-4).
Menjelang Kehancuran Bumi
Pendapat kedua ahli dari Universitas Washington tersebut didasarkan pada ilmu pengetahuan terkini tentang planet-planet dan bintang-bintang, serta segi-segi penentu kehidupan. Secara sederhana, kehidupan di bumi ini akan kembali sebagaimana semula. Maksudnya, keadaan dahulu di mana hanya terdiri atas makhluk hidup kecil bernama mikroba, akan terulang lagi di masa akhir planet biru ini. Kehidupan makhluk tingkat tinggi seperti manusia, hewan, serta tumbuhan akan sirna.
“Kehidupan terakhir akan terlihat banyak kesamaannya dengan kehidupan pertama --bakteri bersel tunggal, makhluk yang berhasil bertahan hidup dan keturunan dari semua yang datang sebelumnya”, tulis ilmuwan tersebut. Pada akhirnya, mikroba yang sebelumnya mampu bertahan hidup “bakal musnah terpanggang panas”.
Meski masih 7.5 miliar tahun lagi, di sepanjang perputaran jarum jam umur bumi menuju kematiannya itu, planet ini akan mengalami beragam “kematian” dalam perjalanan tersebut. Tahap demi tahap, penghuni bumi akan punah. Sebagaimana terjadi pada dinosaurus terakhir yang punah di kurun silam, nasib yang sama akan terjadi pada makhluk hidup jenis lain seperti gajah terakhir, pepohonan terakhir, bunga terakhir yang bakal lenyap pula. Bahkan, lempeng salju terakhir, butiran salju terakhir, samudera terakhir, dan kehidupan terakhir akan musnah dan akhirnya usai sudah kisah kehidupan di bumi.
Proses Kehancuran Planet Biru
Seperti dipaparkan sebelumnya, di suatu saat akhir nanti ukuran matahari akan membesar dan berubah menjadi “Raksasa Merah”. Perubahan tersebut menyebabkan planet Merkurius dan Venus tertelan matahari.
Lalu bagaimana dengan nasib bumi. Kemungkinan pertama adalah matahari tidak bakal menelan bumi, tapi menjadi lebih dekat dengan bumi. Dampak mendekatnya matahari ini menjadikan keadaan bumi tak lagi memungkinkan dihuninya kehidupan.
Pendapat kedua, dan yang lebih mungkin terjadi, adalah matahari akan menelan bumi juga. Panas matahari bakal memutuskan semua ikatan-ikatan kimia antar-molekul bumi dan menjadikannya atom-atom tungal yang terhamburkan ke ruang angkasa. Entahlah apa yang kemudian pasti terjadi pada atom-atom yang sudah berhamburan dan berserakan di antariksa tersebut, namun terbentuknya planet-planet baru darinya adalah kemungkinan yang dinyatakan ilmuwan.
Manakah dari kedua prakiraan para pakar itu yang benar-benar akan terjadi? Allah-lah Yang Mahatahu, karena Dialah Pencipta peristiwa kehancuran dunia yang mengawali kiamat itu. Yang pasti, penjelasan ilmuwan tersebut mengisyaratkan sebuah suhu panas yang luar biasa. Allah, Sang Pencipta Hari Kiamat, sudah pasti Paling Tahu seberapa panas peristiwa itu dan bagaimana penampakannya. Dia menggambarkannya sekilas saja dalam ungkapan yang lebih mudah dimengerti banyak orang, yang awam ilmu pengetahuan dan teknologi modern sekalipun, sebagai cairan tembaga: “Pada hari ketika langit menjadi bagaikan cairan tembaga” (QS. Al Ma'aarij,70:8).
Demikianlah, dengan segenap kemampuannya yang terbatas, ilmuwan pun sudah merinci peristiwa kehancuran bumi itu. Sebuah pemandangan mengerikan, sampai-sampai bahan pembentuk bumi yang telah terlumatkan hingga tingkat terkecil berupa atom dan molekul pun berhamburan ke ruang angkasa.
Allah, Yang Tak Terbatas Pengetahuan dan Kekuasaan-Nya, Tuhan yang menghendaki pemusnahan bumi di hari itu, melukiskan di dalam Al Qur’an dengan bahasa yang lebih dipahami secara luas oleh manusia. Termasuk kalangan manusia yang belum mengenal apa itu atom, molekul, astronomi, fisika dan kimia.
Kedahsyatan itu digambarkan Allah dengan menggunakan gunung. Betapa simbol bangunan alam terkokoh di bumi, yakni gunung, yang tak pernah diungguli oleh bangunan tertinggi dan terkuat buatan manusia mana pun, bakal hancur sehancur-hancurnya, hingga beterbangan berserakan layaknya sesuatu yang sangat ringan:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah: "Tuhanku akan menghancurkannya (pada hari kiamat) sehancur-hancurnya" “ (QS. Thaahaa, 20:105); “Dan apabila gunung-gunung dihancurkan menjadi debu” (QS. Al Mursalaat, 77:10); “Dan apabila gunung-gunung dihancurkan” (QS. At Takwiir, 81:3); “Dan gunung-gunung bagaikan bulu (yang beterbangan)” (QS. Al Ma'aarij, 70:9).
Mungkinkah Menyelamatkan Diri?
Walaupun manusia telah mengetahui kehancuran bumi di masa mendatang ini, tak mudah bagi mereka menghindar dan mengungsi ke bulan atau planet lain yang dapat dihuni. Pasalnya, sampai saat ini tempat seperti itu belum ditemukan.
Bilapun nanti ditemukan, cara pergi ke sananya akan menemui rintangan teramat sukar. Dari beberapa penyelidikan ke ruang angkasa, mustahil bagi makhluk jenis manusia akan bertahan hidup di sana. Bahkan jauh-jauh hari sebelum tamatnya riwayat bumi, kehidupan di bumi sendiri bakal menjadi sangat sulit, dan akhirnya menjadi tidak mungkin, bagi manusia. Sebab, matahari yang selama ini menjadi energi sumber kehidupan, pada akhirnya nanti akan menjadi sumber kematian makhluk hidup di bumi. Begitulah paparan ilmuwan berdasarkan data-data penelitian modern.
Allah, Yang Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, Maha Mengetahui apa yang bakal menimpa manusia di hari kiamat itu, telah membantah bakal ada manusia yang berhasil lolos bertahan hidup. Betapa tidak, bumi saja berguncang luar biasa kerasnya, hingga lautan turut meluap. Si perkasa gunung pun berhamburan layaknya bulu, apalagi manusia yang jauh lebih kecil, lebih lunak, lebih ringan, lebih rapuh dan lebih lemah::
“Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali benturan” (QS. Al Haaqqah,69:14); “Dan apabila lautan dijadikan meluap” (QS. Al Infithaar, 82:3) “Pada hari ketika bumi dan gunung-gunung berguncang keras, dan menjadilah gunung-gunung itu seperti onggokan pasir yang dicurahkan” (QS. Al Muzzammil, 73:14); “Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan” (QS. Al Qaari'ah, 101:4-5).
Ilmuwan Tidak Mendustakan Kiamat
Demikianlah gambaran kiamat, yang kebenaran dan kepastian bakal terjadinya tidak lagi dapat dibantah atau diingkari oleh ilmuwan tingkat dunia sekalipun. Bukti, data dan penelitian ilmiah sebanyak apa pun yang telah dikumpulkan manusia, tak lagi mampu mendustakan fakta akan tamatnya dunia ini di suatu hari nanti:
“Apabila terjadi hari kiamat, terjadinya tidak dapat didustakan” (QS. Al Waaqi'ah,56:2); “...Dan sungguh, Kiamat pasti akan datang...” (QS. Al Hijr, 15:85); “Dan sungguh (hari) kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya” (QS. Al Hajj, 22:7); "Pasti datang, demi Tuhanku Yang mengetahui yang gaib, kiamat itu pasti akan datang kepadamu” (QS. Saba’, 34:3); “Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tiada beriman” (QS. Al Mu’min, 40:59).
Sumber : Artikel dari Syaefudin/ hidayatullah.com
bersambung
Menguak Misteri Ilmiah Kiamat 2012
Sunday, 20 December 2009